Di dermaga sepi ujung pulau, seorang anak laki-laki
duduk dengan terus mengusap air matanya. Ada banyak hal dalam pikirannya yang
membuatnya bersedih.
Oleh: Aswandhi Askat
Sumber: Google.com |
Dia mengingat di suatu pagi beberapa hari yang lalu
seorang temannya mendapatkan sebuah mainan mahal persis seperti yang dia
inginkan. Dia mengingat suatu petang saat berjalan sendirian di taman, dia
melihat seorang anak laki-laki lain bermain dengan bahagia bersama ayahnya, dia
mengingat di suatu siang seorang anak gadis bercanda dengan ibunya. Dia
merutuki nasibnya, kenapa dia hidup sendirian dan tak mempunyai apapun.
Malam harinya sebelum tidur di tanah lapang berumput
di samping mercusuar pulau. Dia menatap langit, menutup kedua matanya dan
mengatakan doa kecil.
“Tuhan, terima kasih atas semua yang kau berikan
padaku hari ini, kemarin, dan apa yang telah kudapatkan selama ini. Tapi, untuk
kali ini aku punya doa sederhana. Esok harinya saat aku bangun dari tidurku,
jadikanlah aku seorang manusia yang bisa berubah menjadi lembaran-lembaran
kertas disaat sedih”
Esok paginya dia bangun dan doanya menjadi
kenyataan.
Dia bangun dan entah kenapa dia merasa sedih,
sedikit menangis kecil di pagi hari yang dingin. Air matanya jatuh perlahan.
Awalnya air matanya normal sebagaimana biasanya, tapi setelah setiap bulir air
matanya menyentuh tanah. Air matanya berubah menjadi seperti sobekan-sobekan
kertas kecil.
Seketika raut wajahnya berubah. Bibirnya mulai
sedikit tersenyum.
Hari itu berjalan cepat. Di tempat yang sama,
sebelum terlelap dia mengucapkan doa yang hampir sama, dia ingin berubah
menjadi kertas. Tapi, berbeda dengan hari kemarin, kali ini doanya sedikit
berbeda “Tuhan, esok harinya saat aku bangun dari tidurku, jadikanlah aku
manusia yang berubah menjadi kertas ketika angin bertiup kencang”
Esok sorenya dia berdiri di tepi dermaga, menutup
matanya perlahan, dan mencoba tersenyum setulus yang di bisa.
Dia merasakan angin kencang cukup menusuk kulitnya,
dalam hitungan detik per detik tubuhnya terasa semakin ringan. Dan tak ada
semenit. Tubuhnya lenyap di tiup angin berubah menjadi ratusan lembaran-lembaran
kertas putih dengan gambar khas anak kecil yang kacau. Gambar anak kecil yang
sedang tersenyum di setiap lembaran kertas tadi.
Setiap lembaran-lembaran kertas tadi berterbangan
secara acak, tapi tak ada satupun yang jatuh ke laut, ada yang sampai
menyelinap dibawah jendela seorang remaja gadis yang sedang kecewa karena
masalah sekolah, ada lembaran kertas yang tiba-tiba jatuh di samping
gelandangan yang tertidur, ada yang sampai di depan meja seorang lansia yang
sedang merenung dengan wajah murung, dan di tempat-tempat lain.
Saat malam harinya, sebuah lembaran kertas tadi
jatuh dari langit perlahan ke tanah lapang rumput dimana anak kecil itu biasa
terlelap. Tapi kertas ini mempunyai gambar yang sedikit berbeda. Gambar anak
kecil tersenyum, dengan menahan air mata di setiap pelupuk matanya.
Dalam keheningan malam, kertas itu seakan bisa membatin
dan berbicara.
“Tuhan, terima kasih. Aku tak lagi merasa
sendirian…”Oleh: Aswandhi Askat