Kuota Maba Progresif, Fasilitas Kampus Regresif



Foto: Sania


Kliring.com – Penerimaan mahasiswa baru (maba) UPN "Veteran" Yogyakarta (UPNVY) menjadi isu hangat yang banyak dibicarakan. Dilansir dari akun instagram @infoupnyk, UPNVY menambah kuota untuk mahasiswa baru tahun 2023 dengan total 5.310 maba, berbeda dengan tahun 2022 dengan total 4.830 maba. Hal ini banyak menuai kontra dari kalangan mahasiswa karena kampus dianggap tidak mempersiapkan fasilitas yang selaras dengan jumlah mahasiswa yang ada. Mulai dari toilet, AC, kursi, bahkan yang saat ini menjadi problem utama, website BIMA yang tidak bekerja dengan baik. Tak hanya itu, mahasiswa baru juga mengeluhkan informasi yang mendadak ditambah lagi admin yang sulit dihubungi. 


Berdasarkan keterangan dari Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Bapak Sujatmika, daya tampung mahasiswa baru FEB meningkat dari 1.100 maba pada tahun 2022 menjadi kurang lebih 1.500 maba pada tahun 2023. Jumlah ini terdiri atas 470 maba dari jurusan Akuntansi, 780 maba dari jurusan Manajemen, dan 300 maba dari jurusan Ekonomi Pembangunan. 


"Kalau masalah ruangan itu sudah ditangani oleh universitas. Ruangan (kelas) itu tidak ada mengklaim milik jurusan manajemen atau apa, semua adalah milik UPN," ungkap Bapak Sujatmika. Menurutnya, jika jurusan atau fakultas lain kekurangan ruang kelas dapat menggunakan fasilitas di jurusan lain. Penambahan kuota mahasiswa baru ini bukan semata-mata kemauan FEB, tetapi program dari universitas. "Dengan status UPN BLU (Badan Layanan Umum),  maka tidak bisa menaikkan UKT, tapi kita bisa menambah daya tampungnya," tambahnya. 



Foto: pmb.upnyk.ac.id


Hal serupa diungkapkan oleh Ketua Jurusan Manajemen, Bapak Heru, salah satu dasar penambahan kuota mahasiswa baru ini mengikuti perubahan status BLU. "Untuk bisa melayani mahasiswa dan meningkatkan sarana prasarana butuh dana, maka salah satu cara yang bisa dilakukan menambah mahasiswa." Selain itu, dengan akreditasi Jurusan Manajemen yang Unggul, banyak calon mahasiswa yang berminat, "kenapa tidak kita naikkan saja kuota mahasiswa," ungkapnya.


Beliau juga mengungkapkan hal yang serupa mengenai fasilitas ruang kelas. "Kebijakan UPN mengenai sarana prasarana itu milik universitas, bukan bukan milik jurusan atau fakultas sehingga hal itu akan terpusat di universitas, kami hanya melaporkan fasilitas yang kurang atau perlu diperbaiki."


Bapak Heru menambahkan, Jurusan Manajemen tidak masalah dengan penambahan mahasiswa baru. Mahasiswa manajemen juga dapat menggunakan ruangan di gedung Akuntansi maupun Ekonomi Pembangunan. "Mungkin kita akan menggunakan kelas-kelas kecil atau mungkin di auditorium akan kita usahakan. Untuk ruangan yang besar akan dijadikan dua atau tiga kelas," tambahnya. 


Ketua Jurusan Akuntansi, Ibu Zuhrotun, juga memberikan tanggapan mengenai tidak adanya penambahan fasilitas di Jurusan Akuntansi. "Isu itu salah. Jadi, selama ini kita belum mengoptimalkan kapasitas kelas," jelasnya. Ruang kelas yang bisa diisi hingga empat puluh orang, hanya terisi sekitar dua puluh orang saja. "Kalau tahun lalu isi per kelas hanya tiga puluh, tapi sekarang empat puluh sampai lima puluh," tambahnya.


Selain itu, di Jurusan Ekonomi Pembangunan, terjadi kenaikan sebesar 50% dari tahun lalu dengan total 298 mahasiswa baru. Jumlah ini dianggap telah memenuhi target kuota sebanyak tiga ratus maba. "Sesuai dengan arahan Pak Rektor untuk Fakultas Ekonomi suruh nambah, jadi targetnya (untuk FEB) 1.500 maba," ucap Bapak Jamzani, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan


Berdasarkan informasi dari Bapak Jamzani pada rapat ketua jurusan seluruh UPN bersama Rektor beserta Bidang I, dibahas juga mengenai fasilitas. "Infrastruktur terkait proses belajar mahasiswa,  mulai dari ruang kuliah hingga fasilitas lain, itu sudah dijanjikan oleh Pak Rektor," ungkapnya.


Bertambahnya jumlah mahasiswa juga harus diikuti dengan penambahan jumlah dosen. Bapak Jamzani juga mengungkapkan bahwa Jurusan Ekonomi Pembangunan telah menambah jumlah tenaga pendidik. Terdapat penambahan enam dosen sehingga jumlah sekarang sebanyak 23 dosen. "Sebenarnya jumlah itu belum memenuhi, karena 23 dosen itu untuk S1 dan S2." sambungnya. 


Mengenai penambahan kuota maba juga  disesuaikan dengan ruang kelas, dengan kapasitas kelas sebanyak 35 sampai empat puluh kursi. "Karena kami sudah memenuhi (target maba), maka kami tinggal menagih janjinya Pak Rektor tahun ini." Tentunya, baik dari unsur dosen maupun mahasiswa berharap besar terhadap kebijakan serta fasilitas yang mumpuni demi menunjang prestasi mahasiswa. Janji-janji yang telah disampaikan juga seharusnya dapat segera ditepati, tidak hanya sekedar janji palsu untuk meredam isu-isu yang ada.



Info PMB Serba Mendadak, Maba Kebingungan


UPN "Veteran" Yogyakarta membuka beberapa jalur penerimaan mahasiswa baru (PMB), antara lain SNBP, SNBT, serta Seleksi Mandiri yang terdiri dari Prestasi Wimaya, Bela Negara, serta Nilai SNBT-UTBK. Masing-masing jalur ini memiliki rentang waktu serta prosedur yang berbeda-beda.


Alur penerimaan mahasiswa baru tahun 2023 cukup berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tahun ini, mahasiswa diwajibkan untuk melakukan tes wawancara bagi setiap mahasiswa baru. Wawancara ini dilakukan secara offline bagi maba yang berdomisili atau sedang berada di Yogyakarta serta wawancara online bagi maba di luar Yogyakarta. 


Nabila, salah satu mahasiswa baru jalur SM-Prestasi, mengungkapkan pemberitahuan tes wawancara ini mendadak. Informasi baru Ia dapatkan beberapa hari sebelumnya, juga admin yang sulit untuk dihubungi. "Aku dapat info dari teman-teman, terus cek di web dan instagram," terangnya. Namun, ia merasa kurang puas dengan informasi yang ada karena beberapa kali ketinggalan informasi. "Aku ketinggalan input data, UKTnya jadi tinggi banget. Ketinggalan input data, ngga bisa ngulang jadi efeknya besar," Nabila mengeluhkan penyebaran informasi. 


Nabila sendiri melakukan tes wawancara secara offline karena Ia berdomisili di Yogyakarta. "Tapi banyak temanku yang SM-Prestasi dari NTB, NTT, dan Sumba, kasihan," ungkapnya. Hal ini dikarenakan tes wawancara jalur SM-Prestasi harus offline karena masuk dalam kriteria penilaian. "Kalau ngga datang (wawancara) langsung didiskualifikasi, tidak ada keringanan sama sekali," tambahnya.


Hal ini tentu merugikan beberapa mahasiswa yang telah lolos tahap administrasi, namun gugur di tes wawancara karena harus langsung datang ke kampus. "Infonya telat, ternyata wawancaranya harus  offline, padahal tadinya online. Jadi ngga bisa ke Jogja yang di luar, jadi banyak yang didiskualifikasi," tambahnya. 


Tes wawancara mungkin tidak menyulitkan bagi maba yang tinggal di Yogyakarta. Namun, kesulitan pasti dirasakan maba yang tinggal di luar Yogyakarta, terutama mengenai transportasi untuk ke Yogyakarta. 


Aryo, mahasiswa baru jalur SNBT yang berasal dari Palembang mengeluhkan hal ini. Wawancara yang harus dilakukan secara offline ini cukup memberatkan baginya. "Datang ke kampus cuma buat wawancara. Jadi ngeluarin banyak biaya untuk wawancara habis itu pulang lagi." 


Menurut Suryo, mahasiswa baru asal Yogyakarta, pertanyaan yang diajukan sendiri cukup sesuai, tetapi yang menjadi kendala yaitu antrian saat akan wawancara. "Saya menunggu sekitar dua jam padahal wawancara hanya sekitar sepuluh menit." Menurutnya, sistem antrian kurang persiapan dan perlu diperbaiki. Pewawancara hanya satu orang, sedangkan mahasiswa baru yang akan diwawancarai pada hari itu cukup banyak, kurang lebih dua puluh orang. Untuk informasi PMB, Ia mendapat informasi dari instagram dan web. Namun, keterangan maupun informasi dari web sulit dipahami dan kurang update


Beberapa mahasiswa baru pun mempertanyakan urgensi dari tes wawancara ini. "Saya hanya menerka-nerka wawancara itu untuk apa. Tidak diberi tahu secara langsung untuk menentukan apa," ungkapnya. 


Air Susah, Mahasiswa Resah


Fasilitas seperti masjid maupun toilet merupakan salah satu infrastruktur vital di kampus. Fasilitas ini banyak digunakan sehingga harus dimaksimalkan, seperti kesediaan air, fungsi kloset maupun kran air, lampu, serta kenyamanan mahasiswa serta dosen. Sayangnya, di FEB sendiri fasilitas ini masih kurang. Dilihat dari ukuran toilet yang kecil, flush dan jet shower yang tidak berfungsi, toilet bau dan gelap, tidak ada sabun, dan sebagainya. 


Tidak hanya di toilet kampus, masalah serupa juga terjadi di Masjid Nuruttaqwa di Kampus 1 UPNVY. Pada pelaksanaan PKKBN tahun 2022, ketersediaan air untuk wudhu sangat kurang. Air yang mengalir sangat kecil bahkan tidak ada. Padahal, seharusnya pihak kampus sudah mengantisipasi banyaknya maba yang akan melaksanakan ibadah. Ditambah lagi masjid tidak mampu menampung mahasiswa yang akan sholat. Bahkan, para maba sampai wudhu di area taman Fakultas Ekonomi dan Bisnis karena kurangnya fasilitas air wudhu di masjid.


Foto: Dwi Yulianti/BPPM Kliring


Untuk menghindari kejadian yang sama, takmir Masjid Nuruttaqwa bersama pihak kampus mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan, antara lain tenda di halaman masjid untuk shalat, penambahan kran air. Tahun ini, takmir masjid juga mengusahakan pengadaan batasan tempat wudhu bagi laki-laki dan perempuan agar tidak berbaur. "Kemarin minta tolong ke UPN butuh pembatas, tetapi karena waktu yang singkat, katanya, jadi tidak disediakan," ungkap takmir Masjid Nuruttaqwa. Takmir masjid pun mengupayakan pembatas dengan barang terpal serta banner bekas, seadanya. 


Sumber: Dwi Yuliyanti/BPPM Kliring


Berdasarkan informasi dari takmir, pada PKKBN lalu, waktu untuk sholat dibagi menjadi empat kloter. "Kloter pertama dan kedua lancar. Kloter ketiga sudah mulai habis (airnya)." Takmir juga mengungkapkan bahwa air di kamar mandi juga habis. 


Tahun lalu, talang air masih dinyalakan secara manual. Namun tahun ini sudah diganti dan sudah otomatis. "Dari yang manual sudah otomatis jadi kalau air habis langsung hidup," jelas takmir, "Cuma itu, banyak mahasiswa, penggunaannya juga banyak," sambungnya. Masjid masih saja kekurangan air untuk wudhu maupun ketersediaan di toilet.


Penambahan kran air sendiri baru dilakukan dua hari sebelum pelaksanaan PKKBN. "Penambahan kran itu dua hari yang lalu, kemudian mau ditambah delapan belas kran lagi hari ini (12/08/2023)," pungkasnya. 



Penulis: Annisa Nur Widya Fauzia

Editor: Sania Rintis

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama