Menyelami Makna dalam Masterpiece Puisi Sapardi Djoko Damono

 





Pada Suatu Hari Nanti

Oleh:Sapardi Djoko Damono


Pada suatu hari nanti,

Jasadku tak akan ada lagi,

Tapi dalam bait-bait sajak ini,

Kau tak akan kurelakan sendiri.


Pada suatu hari nanti,

Suaraku tak terdengar lagi,

Tapi diantara larik-larik sajak ini.

Kau akan tetap kusiasati,


Pada suatu hari nanti,

Impianku pun tak dikenal lagi,

Namun di sela-sela huruf sajak ini,

Kau tak akan letih-letihnya kucari.


Puisi berjudul "Pada Suatu Hari Nanti" merupakan karya salah satu penyair Indonesia, Sapardi Djoko Damono. Seperti halnya puisi-puisi beliau yang lain, puisi ini menyiratkan makna yang sangat mendalam. Salah satu bait yang menggambarkan sebuah perpisahan, seperti "Suaraku tak terdengar lagi," menandakan bahwa siapa saja akan berpisah, berganti, bahkan hilang dalam hidup kita. Tak hanya itu, ada beberapa kalimat yang menyiratkan akan kepergian, seperti "Jasadku tak akan ada lagi," yang artinya kematian pasti akan datang dimanapun dan kapan pun. Ada beberapa kalimat "Kau tak akan kurelakan sendiri" dan "Kau akan tetap kusiasati," yang juga menggambarkan bahwa puisi ini sejatinya adalah penggambaran sosok 'aku' dan akan selalu menemani 'kamu' di dalam setiap kesepian, kegelisahan, dan perpisahan lewat bait-bait yang tersusun rapi menjadi karya sastra yang legendaris.

Ada begitu banyak makna yang bisa diartikan dalam rangkaian puisi ini. Namun, salah satu yang menarik bagi saya, "impianku pun tak dikenal lagi dan kau tak akan letih-letihnya kucari". Sapardi menyelipkan suatu hal yang ia inginkan, yaitu walaupun impiannya suatu saat akan sirna dan tak dikenal lagi, ia akan terus berusaha dan mencarinya agar jiwa semangatnya tetap abadi dan kekal. Ini menunjukkan bahwa jika manusia tak lagi punya cita-cita, maka ia tak ubahnya seorang yang sudah mati. Oleh karena itu, beliau menginginkan untuk bisa terus berusaha dan mencari serta mengejar cita-cita agar jiwa semangatnya tetap membara.

Dari segi gaya bahasa, puisi ini menggunakan beberapa repetisi yang menarik perhatian pembaca. Misalnya, frasa "pada suatu hari nanti" diulang pada awal setiap bait paragraf, menciptakan kesatuan dan keterkaitan antara bait-bait tersebut. Pengulangan ini memberikan kesan pengingatan yang terus menerus dan memperkuat pesan puisi.

Selain itu, pengulangan kata "sajak ini" pada baris kedua dan ketiga setiap bait juga memberikan pengaruh ritmis dan menguatkan fokus pada puisi itu sendiri. Kata-kata ini mencerminkan kesadaran sang penyair akan keberadaan puisi dan kekuatannya dalam mengabadikan pikiran dan harapannya.

Penggunaan majas simbolisme dalam puisi ini juga sangat menonjol. Puisi dipandang sebagai bait-bait, larik-larik, dan sela-sela huruf yang merupakan representasi dari harapan dan pikiran sang penulis. Meskipun sang penulis telah meninggalkan dunia fisik, puisi menjadi wadah untuk menjaga keberadaannya dan mempertahankan jejak kehidupannya. Setiap bagian dari puisi tersebut menjadi gambaran dirinya, meskipun tanpa jasad. Simbolisme ini menggambarkan keabadian dan ketahanan puisi sebagai media ekspresi.

Selain itu, puisi ini memiliki pola rima yang konsisten dengan berakhiran huruf vokal "i". Pola ini memberikan keharmonisan dan kepaduan suara dalam puisi. Rima yang konsisten juga dapat memberikan ritme dan keindahan secara keseluruhan.

Dengan menggunakan repetisi, simbolisme, dan rima yang cermat, Sapardi Djoko Damono berhasil menciptakan puisi yang kaya akan makna, ritme, dan keindahan bahasa. Gaya bahasanya yang kuat dan penggunaan berbagai elemen puisi ini memberikan dimensi dan kekayaan yang mendalam dalam karya sastra tersebut.

Itulah review puisi dari salah satu karya terbaik penyair Indonesia. Ada berbagai makna dari bait demi bait yang terangkai dalam semua karyanya, namun "Pada Suatu Hari Nanti" adalah sebuah masterpiece dari Sapardi Djoko Damono.


Penulis: Elok Hilda Amani

Editor: Otviani Ntaba

 


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama