Kilasan Fakta Dibalik Hari Tanpa TV

sumber: blogspot.com 

Kliring.com - Pada tanggal 23 Juli, selain diperingati sebagai Hari Anak Nasional, juga dijadikan Hari Tanpa TV. Gerakan ini telah ada sejak tahun 2008 dengan tujuan mengajak masyarakat untuk tidak menonton TV selama satu hari. Gerakan ini bermula dari keprihatinan masyarakat mengenai kualitas program TV yang disajikan. Sasarannya adalah mendorong masyarakat untuk menjadi lebih bijaksana dan kritis dalam mengonsumsi tayangan TV agar dapat menghindari dampak negatifnya. Yayasan Pendidikan Media Anak adalah pihak yang menginisiasi gerakan Hari Tanpa TV dan mengajak Koalisi Nasional untuk bergabung pada tahun 2008. Langkah ini diambil karena banyaknya tayangan TV yang dianggap kurang mendidik dan tidak cocok untuk ditonton oleh anak-anak. Hal ini disadari karena anak-anak menghabiskan banyak waktu menonton TV dibandingkan dengan waktu mereka belajar.

Peran TV dalam kehidupan masyarakat saat ini memang sangat penting. TV bisa menjadi sumber informasi dan edukasi bagi masyarakat. Disisi lain, TV bisa menjadi hiburan tidak sehat jika disalahgunakan. Penggunaan TV yang berlebihan dan tidak bijak, tentu akan mengurangi waktu bersama keluarga, memberikan efek negatif berupa peniruan perilaku dan penanaman nilai buruk pada anak-anak dan remaja, serta berkontribusi pada gaya hidup yang tidak sehat.

Hari Tanpa TV telah menjadi gerakan yang berlangsung di Indonesia selama beberapa tahun terakhir, namun, hal ini belum begitu dikenal oleh masyarakat luas. Gerakan ini awalnya berasal dari Eropa dan Amerika Serikat, dan sejak tahun 1994, Gerakan TV-Free America menjadi salah satu penggalang yang membuat gerakan ini semakin populer di kalangan masyarakat. Gerakan serupa juga muncul di negara-negara lain, seperti yang diinisiasi oleh British White Dot di Inggris dan Adbusters dari Kanada.

Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah pakar telah menyuarakan pandangan berbeda mengenai dampak televisi. Perubahan sosial selama beberapa dekade setelah perang dianggap terpengaruh oleh kehadiran televisi. Televisi juga dianggap sebagai faktor yang berkontribusi pada erosi dan kemunduran kebudayaan kontemporer (Brantlinger 1983, 19). Terdapat dua kubu pandangan yang berbeda di kalangan pemikir ini. Di satu sisi, ada yang melihat televisi memang memiliki masalah, tetapi masih bisa diperbaiki. Di sisi lain, ada pandangan bahwa televisi sudah tidak bisa lagi "diselamatkan" dan satu-satunya jalan adalah dengan menghilangkannya sama sekali.

Meskipun Gerakan Hari Tanpa TV sudah ada di Indonesia, masih perlu upaya lebih lanjut untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengurangi konsumsi TV yang berlebihan dan mengenali dampaknya yang mungkin tidak selalu positif bagi budaya dan masyarakat.

Hari Tanpa TV telah membuktikan manfaatnya bagi beberapa keluarga dengan meningkatkan kualitas waktu berkumpul bersama. Melalui berbagai aktivitas kreatif yang menggantikan waktu luang yang biasanya dihabiskan untuk menonton TV, keluarga dapat membangun keharmonisan dan kebersamaan yang lebih bermakna.

Meskipun pandangan masyarakat terhadap TV beragam dan cenderung fluktuatif, perhatian terhadap kualitas siaran TV masih dianggap sebagai isu yang belum jelas untuk diperbaiki atau dihilangkan. Fenomena ini dapat dilihat dari berbagai perspektif sebagai suatu tantangan bagi industri pertelevisian di Indonesia.

Pentingnya Hari Tanpa TV juga telah mendapatkan dukungan dari organisasi besar seperti UNICEF. Mereka telah meluncurkan iklan layanan masyarakat yang mendukung gerakan ini dan iklan tersebut dapat diakses di platform YouTube mereka. Selain itu, iklan-iklan lainnya juga telah disebarkan dalam bentuk media cetak di berbagai daerah dan diproduksi oleh Lowe Indonesia untuk UNICEF secara sukarela dan tanpa biaya khusus.

Inisiatif seperti Hari Tanpa TV menawarkan kesempatan bagi masyarakat untuk lebih bijaksana dalam mengonsumsi media dan meningkatkan kualitas interaksi sosial dalam keluarga. Dengan terus mendukung gerakan ini, kita berharap dapat menciptakan lingkungan yang lebih seimbang dalam menggunakan teknologi, termasuk televisi, demi kesejahteraan dan perkembangan yang lebih baik bagi generasi mendatang.


Penulis: Rien Arfan

Editor: Otviani Ntaba

 

Sumber referensi:

https://www.google.com/amp/s/melekmedia.org/artikel/hari-tanpa-tv/amp/

https://m.kumparan.com/amp/generasi-milenial/apa-itu-hari-tanpa-tv-berikut-sejarah-dan-penjelasannya-1yWAkPR6SKK

https://www.suara.com/health/2021/07/22/121203/fakta-menarik-gerakan-hari-tanpa-tv-untuk-selamatkan-generasi-muda?page=all

 

 

 

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama