Yogyakarta, Kliring.com - Jumat (05/09/2025), Keluarga Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (KM UPNVY) menggelar “Aksi Simbolik Bela Negara” di depan Patung Dharma Eva Hato Hanti, sebelah timur Gedung Rektorat UPNVY. Aksi ini merupakan salah satu agenda hasil dari konsolidasi yang dilaksanakan satu hari sebelumnya, dan dihadiri sejumlah mahasiswa dari berbagai jurusan. Mahasiswa yang hadir tampak mengenakan pakaian serba hitam untuk menyiratkan rasa belasungkawa terhadap korban demonstrasi di berbagai wilayah di Indonesia akhir-akhir ini.
Suasana Khidmat dan Hangat dalam Aksi Simbolik
Aksi yang berlangsung selama kurang lebih satu jam ini diawali dengan pelaksanaan salat gaib berjamaah dan tabur bunga untuk mendoakan korban yang gugur. Setelah itu, beberapa mahasiswa menyampaikan orasi dan puisi secara bergantian. Dalam orasinya, mereka menyinggung kekerasan yang dialami massa aksi pada akhir Agustus lalu. Orasi tersebut juga diiringi nyala lilin sebagai simbol duka cita. Aksi diakhiri dengan penyampaian pernyataan sikap KM UPNVY yang dibacakan oleh Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) KM, Fuad Baihaqi.
Menyorot Demonstrasi Besar di Polda DIY
Salah satu demonstrasi yang mengecam tindakan represif aparat terhadap mahasiswa, aktivis, dan masyarakat sipil telah berlangsung di depan Gedung Polda DIY pada Jumat (29/08/2025) lalu. Melalui sesi wawancara bersama tim BPPM Kliring, Fuad memberikan tanggapan dan aksinya dalam demonstrasi tersebut. Ia menyampaikan bahwa sebagai Ketua BEM, membersamai mahasiswa UPNVY yang turut turun ke jalan merupakan tanggung jawabnya. Sebagai bentuk tanggungan moral, ia mempublikasikan nama dan nomor pribadinya melalui media sosial untuk kontak darurat. Di tengah banyaknya buzzer dan ancaman di sekitar wilayah DIY, ia menanggapi aksinya dengan santai.
“Itu critical thinking ya, artinya kita ketika melihat sesuatu itu ga boleh dari sudut pandang satu orang aja, kita perlu juga tuh lihat sudut pandang orang lain juga, dan teman-teman coba memfilter bagian-bagian mana yang sekiranya itu cuma mancing kemarahan kita, cuma pengen kerusuhan. Ya itu, critical thinkingnya perlu diasah lagi ya apalagi mahasiswa.”
Mengetahui banyak yang menyalahgunakan nomor pribadinya, Fuad mengatakan, “Alhamdulillahnya ga yang sebanyak itu sih, mungkin beberapa dan itu juga ga kutanggapin serius, karena ya tadi pertanyaan pertama, bahwasannya cuma pengen rusuh itu aja.”
KM UPNVY Menuntut Adanya Sikap dari Pihak Kampus
Salah satu tuntutan dari KM UPNVY adalah penyampaian sikap dari birokrasi kampus terhadap tindakan represif aparat dan krisis demokrasi. Fuad mengungkapkan bahwa pihak kampus belum merespons terkait kejadian ini.
“Tanggapan dari pihak kampus sebenarnya ga ada yang gimana-gimana. Ya kita lihat kampus hari ini, UPN tuh belum menyatakan bahwasannya negeri ini harus balik ke semestinya, itu ga ada. Adapun kemarin seruan aksi damai, bukan menanggapi kondisi negeri hari ini,” ungkapnya.
Selain Fuad, Nazila dan Tasya yang tak luput dalam menyuarakan aksi demonstrasi turut menghadiri aksi simbolik. Keduanya juga menyampaikan harapan untuk pihak kampus. Nazila sendiri berharap pihak kampus mendengar aspirasi mahasiswa, memberikan pernyataan sikap atau ungkapan bela sungkawa kepada korban dengan tulus dan bukan atas dasar tuntutan. Kemudian, Tasya berharap pihak kampus tidak melarang dan tidak memberikan tekanan kepada para civitas akademika di UPNVY. Menurutnya, beberapa dosen memberi larangan mengikuti aksi dan memilih diam saja serta beberapa dosen lainnya ikut menyuarakan tetapi secara senyap.
Nazila dan Tasya juga menuangkan harapannya terhadap tindakan aparat yang telah menelan korban jiwa.
“Mungkin lebih ke tahu diri aja sih, kayak ‘kamu tuh dibayar dari mana?’ kemudian juga ‘kamu tuh awalnya rakyat,’ semisal nggak punya power, ya ga punya apa-apa”, ujar Nazila.
Terakhir, Tasya menutup wawancara dengan memberikan pernyataan, “Kalau untuk aparat, aku berharap aparat itu sendiri dapat ikut sadar.”
Penulis: Afni Nur Farida
Editor: Luna Azizah dan Hanan Dharmadhyaksa
Posting Komentar