Yogyakarta, Kliring.com - Jumat (01/09/2023) Departemen Kajian dan Aksi Strategis Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (BEM FEB) UPN “Veteran” Yogyakarta berkolaborasi dengan Social Movement Institute dan Front Mahasiswa Nasional Cabang Yogyakarta kembali sukses menggelar diskusi kritis yang bertajuk Ngobrol Perkara Isu (NGOPI Vol. 2). Diskusi tersebut mengangkat tema Gerakan Mahasiswa: Kemerosotan Pada Kualitas Peran dan Fungsi Mahasiswa sebagai Harapan Masa Depan Bangsa.
Acara berlangsung dengan lancar di ruang seminar FISIP Kampus 2 UPN “Veteran” Yogyakarta Babarsari, meskipun beberapa hari sebelumnya panitia harus menghadapi sedikit masalah terkait lokasi. Acara yang harus dipindahkan karena adanya pembatalan sepihak dari pihak kampus. Hal tersebut sebenarnya sangat disayangkan, mengingat acara ini dibentuk oleh mahasiswa dan diperuntukkan untuk para mahasiswa melatih nalar kritis mereka.
Foto: Bunaya Dwi
NGOPI Vol. 2 dimulai dengan sambutan dari Jeconia Carlen selaku ketua pelaksana dan Taufiq Zakaria selaku gubernur BEM FEB. Setelah itu dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh para narasumber. Koordinator Front Mahasiswa Nasional Cabang Yogyakarta, Yassica Hadytia menjadi pemantik pertama dalam diskusi ini menyampaikan, “Dalam lingkup sosial, mahasiswa adalah salah satu sektor di dalamnya. Sebagai mahasiswa tidak hanya berbicara ruang lingkup kampus saja, tetapi di lingkup regional, nasional bahkan internasional hal ini karena banyak perjanjian organisasi atau lembaga internasional.” “Peran dan fungsi mahasiswa adalah sebagai kaum intelektual yang akhirnya akan berkutat pada ilmu pengetahuan, pendidikan di indonesia adalah pendidikan yang industrialis, liberal, komersial dan akhirnya terjadi privatisasi,” pungkas Yassica.
Faktor kemerosotan dan fungsi peran mahasiswa dengan adanya pendidikan yang dirasakan mulai dari biaya pendidikan dibebankan ke mahasiswa dan mahasiswa juga tidak berdiri sendiri tetapi didukung oleh orangtua. Pada tahun 1994 adanya pengesahan organisasi perdagangan Indonesia yang membahas mengenai barang, jasa, kepemilikan intelektual dan penyelesaian sengketa. Lalu apakah kaitannya dengan mahasiswa? Seperti yang kita ketahui mahasiswa merupakan kaum intelektual, yang mana sudah pasti jawabannya adalah hal hal terkait kepemilikan intelektual. Perjanjian yang disetujui oleh Indonesia pada akhirnya membawa dampak yang menjadikan mahasiswa dihadapi dengan pendidikan yang sesuai kebutuhan pasar, pola pikir mahasiswa akhirnya dirancang mengarah pada kebutuhan pasar seperti tenaga kerja yang memiliki skill. Hal ini mengakibatkan mahasiswa melupakan fungsi dan peran utamanya sebagai mahasiswa.
Pemantik kedua adalah Eko Prasetyo selaku founder Social Movement Institute. Ia memaparkan materi yang berkaitan dengan tema acara, "Menjadi mahasiswa adalah kategori yang istimewa, tetapi pada situasi sekarang membuat mahasiswa semakin tidak memiliki keberanian untuk menentang apa yang tidak adil dari situasi yang dialami.” Ia mengatakan bahwa segala bentuk ketidakadilan yang dialami mahasiswa tidak pernah dipertanyakan oleh mahasiswa itu sendiri karena mereka takut, cemas dan khawatir ketika menentang sesuatu. “Risiko-risiko tersebut membuat anak muda makin tua secara petualangan sehingga membuat mahasiswa bukan menjadi aktor perubahan tetapi menjadi anak yang mirip dengan SD dan SMP yang takut dan patuh,” tambahnya.
Ia juga berpendapat bahwa sekarang minat mahasiswa dalam berorganisasi kian menurun yang dikarenakan mahasiswa enggan terlibat dengan organisasi karena dianggap tidak bermanfaat. Dalam realitanya, mahasiswa yang hanya rajin kuliah dan mendapat nilai bagus pasti mendapat pekerjaan, namun hanya pekerjaan. Akan tetapi, mahasiswa yang aktif berorganisasi bukan hanya sekadar mendapat pekerjaan tetapi ia juga mendapat peluang untuk menjadi seorang pemimpin. Ia juga menyayangkan dosen-dosen di jaman sekarang yang kurang menanamkan nilai-nilai penting organisasi kepada mahasiswanya.
Semoga kedepannya mahasiswa lebih memiliki kesadaran untuk turut berpartisipasi dalam forum diskusi kritis seperti NGOPI, karena kegiatan-kegiatan seperti inilah merupakan kesempatan mereka untuk melatih pola berpikir kritis.
Penulis: Dina Ariyani, Bunaya Dwi
Editor: Sania Rintis
Posting Komentar