Multiplier Effect



“Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” 

(Ir. Soekarno – Presiden Pertama Repubik Indonesia)


Pemuda dan Dirinya

    Pemuda identik dengan inovasi, pembaharuan serta nasionalisme di era digitalisasi dini. Pemuda bahkan memberikan kontribusi besar dalam perubahaan bisnis saat ini, seperti incubator dan accelerator startup, socio-preneur, dan masih banyak lagi yang telah berkembang. Pemuda berperan penting dalam ilmu pengetahuan untuk mendukung kebutuhan manusia hingga pergerakkan media.

    “Beri aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” (Ir. Soekarno – Presiden Pertama Repubik Indonesia). Bukan rahasia publik bahwa proklamator kemerdekaan negara ini Ir. Soekarno memiliki atensi lebih terhadap pemuda. Semangat juang, buah pikiran dan potensi diri membuat Ir. Soekarno menaruh kepercayaan pada pemuda agar merealisasikan visi dan harapannya bagi Indonesia. Penjajahan telah selesai, dan arah perjuangan pun telah berubah. Perjuangan Indonesia kini merujuk pada pemerataan ekonomi, kualitas pendidikan, hak asasi, hingga pencarian sosok pemimpin.

    Berdasarkan Global Competitiveness Report yang dikeluarkan World Economic Forum, Indonesia menempati urutan 41 atau turun 4 peringkat dari posisi tahun lalu. Global Competitiveness Report merupakan laporan yang dikeluarkan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) guna mengetahui produktifitas suatu negara, kondisi institusi umum dan teknologi berdasarkan kebijakan dan indikator-indikator tertentu. Perubahan yang terjadi dikarenakan banyak faktor seperti ekonomi negara, angka kerja, isu politik, investasi teknologi, inovasi dan lainnya.

    Apakah yang kita lakukan saat ini memberikan dampak terhadap Indonesia 10 atau 20 kemudian? Dengan demografi total penduduk usia aktif 66.5 juta jiwa, apakah pemuda ikut ambil bagian didalamnya? Apakah kita masih berjuang secara konvensional di era digitalisasi kini? Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia, pernyataan sederhana dan implisit ini terkadang hanya menjadi kiasan bagi kita yang ada di bumi pertiwi. Kurangnya pengembangan terhadap pemuda juga mempengaruhi cara pemuda mengambil keputusan, mengakibatkan tindakan yang berambisi dan tidak terkendali. Sehingga akhirnya membuat tingkat kepercayaan terhadap pemuda menurun. Penyaluran bakat sesuai dengan wadahnya akan membantu pemuda mempersiapkan dirinya terhadap kebutuhan masyarakat dan negara. Kontribusi pemuda dengan tindakan sosial pun mampu memberikan dampak bagi sesama.

Pemuda dan Negaranya

    Multiplier effect merupakan istilah dalam ekonomi yang digunakan untuk menggambarkan kondisi peningkatan pendapatan akhir yang timbul akibat meningkatnya pengeluaran, kondisi ini terjadi secara terus-menerus. Kita dapat mengetahui hitungan ganda atas berapa banyak yang akan ditabung, dibelanjakan ataupun pengeluaran pajak. Dengan kata lain multiplier effect ialah peningkatan suatu reaksi karena adanya peningkatan aksi. Perubahan dan inovasi yang dilakukan perusahaan pun memperhitungkan efek ganda atas akan diperoleh.

   Suatu negara tidak dapat dianalogikan secara sederhana menjadi perusahaan namun kultur multiplier effect yang berkembang dalam perusahaan dapat diimplementasikan dalam keadaan apa saja. Meskipun permasalahan yang terjadi disekitar kita kini lebih kompleks dan tidak hanya berfokus pada satu hal. Pemuda diharuskan untuk visioner daripadi melihat dunia dengan perspektif nya sendiri. Mengembalikan peran pemuda sebagai inisiator dalam aktivitas dan pembelajaran yang ada, agar memastikan apa yang kita lakukan saat ini akan memberikan multiplier effect pada masa yang datang. Sehingga pemerataan ekonomi, kualitas pendidikan, hak asasi, pencarian sosok pemimpin dan isu lainnya tidak akan menjadi masalah tahunan. Indonesia kini berubah, namun apakah perubahan itu signifikan? Indonesia kini berubah, namun apakah perubahan itu relevan? ini adalah pertanyaan bagi setiap kita, sehingga kita tidak akan membicarakan hal yang sama pada 10 atau 20 tahun kemudian. 

Penulis: Ronaldy Kaesmetan
Penulis adalah Eks Pimpinan Umum BPPM Kliring Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta tahun 2014
Lebih baru Lebih lama