ROSELINE

ROSELINE
Teks : Siti Kholifah
http://www.herworld.co.id
Cuaca buruk beberapa hari ini sedang melanda kota kecil Roseline, hujan yang mengguyur membasahi dahan pohon dan sekitarnya. Membuat kota itu terlihat sepi tak seperti hari-hari sebelumnya, cuaca nampak tidak mendukung untuk bisa melakukan aktivitas. Hari itu langit nampak begitu gelap, tak bersahabat dibanding hari sebelumnya, tak ada cahaya yang biasanya menyilaukan, hanya suara angin yang menderu sekedar menambah suhu dingin di kota Roseline. Sesosok tubuh kecil bersimpuh tak berdaya di bawah jembatan kota Roseline, bolamatanya nampak berkaca-kaca tak sanggup menahan butir air mata yang perlahan jatuh dipipinya. Gadis kecil dengan pakaian lusuh dan memakai jilbab putih, memegang setangkai bunga mawar yang terbakar. Ia hendak meletakkan setangkai bunga mawar itu di atas gundukan tanah. Keheningan itu pecah ketika gadis itu menangis sejadi-jadinya, ia teringat dengan orangtuanya yang terbunuh oleh dahsyatnya bom kala itu. Bunga-bunga di kota Roseline terbakar hingga tidak ada yang tersisa. Tak ada nama Roseline terdengar, kota itu sudah hilang ditelan kegelapan. Ungkapan yang pantas untuk menggambarkan keadaan kota Roseline sendiri, banyak anak yang tak berdosa mati dengan sangat tragis, prajurit-prajurit yang gagah berani memperjuangkan bendera Roseline tetap berkibar di negeri yang indah itu. Namun, semua sia-sia tak ada lagi yang tersisa didalam kota itu. Banyak anak kehilangan keluarganya, banyak orangtua menyaksikan anaknya tewas didepan mata karena tidak sanggup menyelamatkan darah dagingnya sendiri. Hujan yang mengguyur membantu memadamkan api yang menyala besar selama berhari-hari. Keadaan itu sungguh membuat nurani siapapun remuk bagaikan kertas yang terbakar api hingga menjadikannya abu yang musnah diterpa angin. Penderitaan dan kepedihan yang teramat membuat luka susah tersembuhkan. Gadis itu tertatih-tatih berjalan karena kakinya terluka akibat serangan oleh rezim yang tidak bertanggungjawab. Darahnya yang bercucuran membentuk jejak di tanah, ia sampai melupakan rasa sakitnya sendiri. Arsy si gadis manis itu tersenyum pahit melihat keluarganya dibantai tiada henti, ia sangat membenci orang-orang itu hingga ingin mengutuk mereka. Arsy beranjak meninggalkan tempat itu, berjalan dan terus berjalan tanpa ada arah tujuan, rumah yang ia huni bersama orangtuanya habis diporak-porandakan. Dia bertahan hidup seorang diri di kota yang mengerikan itu. Kekejaman dunia yang ia rasakan tak lantas membuatnya lemah, semangat dan perjuangan untuk terus hidup membuatnya sanggup melewati cobaan dari sang ilahi. Karena dia mempercayai semua yang terjadi atas kehendak Rabbnya, dan dia berpasrah jika hidupnya berakhir disini, itu berarti Rabbnya memanggilnya menuju tempat yang paling indah disisiNya. Arsy menulusuri sungai yang ada di bawah jembatan itu untuk menghindari orang-orang yang ingin membunuhnya.

Walaupun ia tau, sewaktu-waktu maut merenggutnya seberapa usahanya untuk menghindari kematian. Langkah demi langkah terus terbentuk dari telapak kakinya yang tak beralaskan itu. Mata sayunya sudah tak mampu lagi membawanya untuk melihat warna-warni kehidupan yang ada disekitarnya, karena memang sudah tidak ada lagi yang bisa dipertahankan. Keindahan kota yang sebelumnya, berubah menjadi asap tebal yang membumbung tinggi. Pemandangan yang memprihatinkan, hatinya teriris-iris tak mampu lagi membendung rasa perih yang ia rasakan. Gadis itu melamun sejenak, ia membayangkan keindahan, canda tawa, dan kebahagiaan. Ketika ibundanya sewaktu masih hidup sering membacakan dongeng sebelum tidur. Otaknya mulai diselimuti dengan khayalan, berimajinasi adalah hiburan untuknya ketika melihat keadaan langit hari itu, memaksa otaknya untuk melupakan kejadian tragisnya. Siapa sangka mimpi indah itu berubah menjadi mimpi buruk kemudian terlihat amat nyata setelah ia membuka matanya. Langkah kakinya berhenti tepat di bawahnya air terjun yang mengalir dengan derasnya ada juga sebuah padang rumput yang begitu luas dimana hanya ada Arsy disana. Angin pun terus menderu, meniup jilbab panjangnya, langit masih dengan gelapnya. Gadis dengan pakaian lusuhnya kini mulai membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu  “ dibalik mengerikan dunia yang aku lihat, ada dunia lain yang lebih indah tanpa kusadari seperti surga”

Arsy tidak tau sudah berapa jauh dia berjalan sampai menemukan tempat itu. Seketika angin seakan beradu dengan gelapnya langit, tangannya dengan lihai berayun mengikuti arah angin berhembus. Dalam hitungan ketiga, Arsy pun melompat ke dalam air terjun yang begitu dinginnya dalam cuaca saat itu. Tidak ada yang tau apa yang sudah dipikirkan gadis itu, bukankah dia berniat untuk bunuh diri, karena begitu putus asanya gadis malang itu. Setelah beberapa saat, ia muncul ke permukaan dengan tubuh menggigil. Kemudian dia melihat sekitar dan tertawa, wajah sumringah telah tergambar diraut wajah polosnya. Arsy lalu berdiri tegap dengan terus mendongakkan kepalanya ke atas, membiarkan mata bulatnya menatap langit yang kini cerah, alam tampak mendukungnya. “Hallo…. Apakah ada orang disini?” suara bergema memantul terdengar. Arsy merasa tempat itu belum diketahui oleh segerombolan manusia biadab yang sudah menghancurkan mimpinya dan masa kecilnya. Namun, Arsy masih ragu apakah jarak tempat itu dengan kotanya jauh atau tidak. Lagi-lagi Arsy melupakan kegelisahannya dan menikmati pemandangan yang menakjubkan itu. Dia sadar kuasa Rabbnya yang begitu luar biasa, dia percaya bahwa kejadian yang dia alami pasti ada hikmahnya. Dia sudah tak begitu membenci orang-orang yang membunuh keluarga, teman dan saudaranya. Gadis itu mengikhlaskan segalanya, karena dia merasa Tuhan selalu bersamanya. Sejenak Arsy berpikir tempat macam apa ini yang begitu indah. “Kenapa aku baru mengetahui, ada tempat seperti ini di kotaku?” dia merasa bahwa ini perjalanannya yang sangat jauh, untuk pertama kalinya dan sangat jauh dari tempat tinggalnya. Sebenarnya ini adalah sebuah perjalanan panjang yang akan ia tempuh seorang diri. Ya, dia bahagia tetapi ia lebih bahagia jika ada keluarganya bersamanya. Air mata mulai membasahi pipinya, dia menangis karena merindukan adik perempuannya yang selalu bermain dengannya tanpa mau meninggalkannya dulu, betapa manisnya ketika masa itu. Kini, adiknya lah yang meninggalkan ia selamanya. Arsy menatap ke langit yang cerah sambil berkata, “Hai awan, hai langit. Apa kabar? Inilah hari yang aku tunggu. Tetapi, bisakah engkau menanyakan kepada Tuhanmu. Kenapa dihari yang cerah ini aku sendirian?” ,Arsy menangis, dia menangis entah berapa banyak air mata yang bisa ditampungnya.

Keesokan harinya, Arsy bangun lebih awal. Dia mencari kayu bakar di hutan, ia berencana untuk berkemah disana. Ia merasa bahwa malam ini dan malam berikutnya ia butuh kayu bakar untuk membuat api unggun. Betapa dinginnya cuaca hari itu, hujan memang sudah reda tetapi tak bisa menutupi embun yang menguap membentuk udara yang sangat dingin. Arsy benar-benar hidup seorang diri. Walaupun begitu, kesendirian itulah yang membuatnya kuat dan bisa bertahan. Bahwa hidup haruslah keras agar kita tidak kenal namanya menyerah. Arsy mengajarkan kita banyak hal tentang hidup ini. Kelihatannya indah, kelihatannya manis, dan kelihatannya tidak bahaya. Namun tahukah kau namanya indah, manis, dan tidak bahaya itu yang membuat kita manusia menyepelekan hal kecil. Selalu ingin lebih, serakah, dan ingin berkuasa. Tanpa memikirkan orang lain disekitar kita, tanpa berpikir sebelum bertindak sehingga terjadi resiko yang mungkin manusia sendiri tidak sanggup untuk mengatasinya. Bersyukurlah kita hidup di Negara yang makmur dan damai. Bersyukurlah kita mempunya ikatan yang kuat dan besar, yang tak akan mungkin ada yang sanggup memecah belahnya. Jika kita meyakini bahwa kekuatan itu berasal dariNya, Tuhan Pencipta Alam Semesta.
           
Lebih baru Lebih lama