Peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober
mengingatkan kembali kepada kita, perjuangan pemuda-pemudi Indonesia pada era
penjajahan Belanda. Sumpah pemuda menjadi satu titik terang kebangkitan para
pemuda, yang bersumpah bertanah air, berbangsa dan berbahasa yang satu. Satu
Indonesia. Pemuda pada era panjajahan tidak perlu lagi diragukan bentuk
perjuangannya, senjatanya hanya bambu runcing, tapi kemerdekaan berhasil
dikumandangkan.
Genap
88
Tahun telah berlalu, revolusi pemuda Indonesia terus berjalan sesuai dengan
peradaban yang ada. Kemerdekaan sejatinya bagai “bumerang”, ketika suatu
kebebasan telah diraih, ketika tidak
ada kekangan yang mengikat, di
sinilah
diri sendiri menjadi musuh utama. Kepentingan individu menjadi satu titik
masalah pokok yang sering diperbedatkan. Pemuda Indonesia “berteriak”
mengeluarkan segala aspirasinya, aspirasi masyarakat, aspirasi Bangsa
Indonesia.
sumber gambar : google / DPM KM UPNVYK |
Sebagaimana masyarakat yang memiliki
kebudayaan yang beragam, maka begitu pula mahasiswa. Mahasiswa memiliki
pandangan tersendiri atas apa yang menjadi prioritasnya, dan bagaimana
mengimplementasikan fungsi dan tujuannya sebagai mahasiswa. Berjuang memiliki
arti yang luas dan contoh yang beragam.
Kalau dahulu pahlawan berjuang
menggunakan bambu runcing sekarang apakah kita juga harus berjuang dengan bambu
runcing juga? Berjuang tidak semata-mata harus berperang, tidak semata-mata
harus membawa bambu runcing. Berjuang di kalangan mahasiswa itu dapat ditunjukan
dengan berbagai cara baik itu dari segi akademik maupun non akademik. Mahasiswa
dapat membuktikan bahwa mahasiswa juga dapat dikatakan sebagai pahlawan dengan berbagai perjuang-perjuangan yang
dilakukan oleh mahasiswa itu sendiri.
Dari segi akademik, dapat ditandai
dengan semakin bertambahnya tingkat pengetahuan yang didapat dari kegiatan
perkuliahan dan juga di luar
perkuliahan. Mahasiswa harus mempunyai jiwa “ingin tahu” yang tingi agar dapat
membentuk mahasiswa itu sendiri menjadi lebih kritis dalam menghadapi segala
sesuatu. Karena mahasiswa yang dikatakan sebagai agent of change harus dapat menghadapi segala persoalan dan
mengkritisi segala persoalan yang terjadi dengan mengimplementasikan apa yang
mereka pelajari di dalam kegiatan perkuliahan dan juga di luar perkuliahan.
Mahasiswa harus mampu memanfaatkan segala potensi yang dimiliki selama berada
di kampus agar mempunyai modal yang cukup untuk terjun ke dunia yang sebenarnya.
Berpikir sistematis, kritis, logis, dan berpegang teguh pada kebenaran ilmiah.
Dari segi non akademik, dapat
ditandai dengan mengembangkan segala bakat dan kemampuan non akademik yang ada
di dalam
diri mahasiswa tersebut. Contohnya
saja dengan ikut berperan aktif dalam keorganisasian, unit kegitan mahasiswa
untuk mengembangkan segala bakat yang dimiliki baik itu di bidang olahraga, seni
dan juga yang lainnya.
Namun, apa upaya yang sudah dilakukan mahasiswa di
kampus ini? Apakah segala upaya dan tindakan mahasiswa sudah sesuai dengan
maksud dari kata “Mahasiswa sebagai agent
of change” yang sesungguhnya? Gubernur BEM FEB mengemukakan pendapatnya
bahwa, pada dasarnya mahasiswa sudah seharusnya menjadi agent of change yang seharusnya bisa membantu problematika atau
masalah yang ada di internal kampus dan juga bisa membantu problematika yang
ada di masyarakat. Mahasiswa seharusnya memiliki pemikiran yang idealis
sehingga dapat bersikap kritis di mana pemikiran kritis ini dapat merubah suatu
kebijakan yang tidak sesuai. Bagaimana jika kita sebagai mahasiswa tidak diikut
sertakan dalam membuat kebijakan tersebut, sedangkan kebijakan tersebut untuk
mahasiswa.
BEM FEB selama satu
periode ini berusaha untuk menjadi agent
of change yang memotori mahasiswa fakultas ekonomi dan bisnis untuk
berpikir kritis yang dapat diterima oleh semua pihak. Belakangan ini tindakan
atau pemikiran kritis dari mahasiswa seringkali ditolak atau tidak disepakati
oleh banyak pihak. BEM FEB yang memiliki pemikiran yang idealis berusaha untuk
memberikan pesan atau solusi yang bisa mengubah paradigma mahasiswa Fakultas Ekonomi
dan Bisnis agar terkesan pemikirannya dapat membangun dan memberikan solusi
serta kritis. Mahasiswa bukan seperti event
organizer, bukan mahasiswa yang berlomba-lomba untuk memanggil artis papan
atas dalam kegiatannya atau mahasiswa yang mau bekerja, mau mengikuti kegiatan
seperti ikut kepanitiaan namun harus ada imbalannya, karena itu akan merubah
diri kita sebagai mahasiswa sendiri. Yang diharapkan di sini adalah apa yang
bisa kita perjuangkan untuk mahasiswa dalam mendapatkan haknya seperti
contohnya mahasiswa yang UKT-nya tidak sesuai dengan apa yang mereka dapatkan,
dan dari kegiatan yang kita buat diharapkan dapat bermanfaat untuk masyarakat
umum.
Perjuangan pergerakan mahasiswa adalah mahasiswa yang
bersifat independensi yang memang tujuannya adalah memberikan saran yang
membangun untuk akademik maupun non akademik sehingga pendidikan tidak terkesan
membodohi tetapi pendidikan itu yang harus membangun. Dibangun dari segi
mental, pikiran, dan juga setiap kegiatan yang dilakukan mahasiswa. Sehingga
mahasiswa tidak apatis terhadap lingkungan di sekitarnya yaitu kampus kita
sendiri. Mahasiswa sebagai agent of
change berperang dengan kebodohan yang menolak kemiskinan. Tetap bergerak maju di mana peran
mahasiswa itu sebagai pejuang, bukan hanya sekedar demo-demo yang tidak
mendasar.
BEM FEB dalam satu tahun kedepan ini berharap dapat
menjadi suatu organisasi yang dapat merubah paradigma, dan BEM FEB sendiri
sangat mengharapkan setiap elemen mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
dapat bersinergi yaitu satu pemikiran dan satu kesepakatan untuk mahasiswa dan
juga memberikan kritik melalui pergerakan yang bisa diterima oleh semua belah
pihak. Karena untuk memulai suatu pergerakan yang dapat merubah paradigma ini
bukan hanya satu orang atau satu organisasi melainkan kita seluruh mahasiswa di
FEB, mahasiswa UPN, atau seluruh mahasiswa Indonesia dapat menyatukan
pikirannya menjadi agent of change
yang dapat memotori mahasiswa menjadi mahasiswa yang bergerarak menuju
perubahan yang lebih baik.
Teks: BEM FEB UPNYK
Teks: BEM FEB UPNYK
Posting Komentar