Menghargai Sesama : Catatan Perjalanan Awardee IISMA



Setelah kembali dari program Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) 2021 lalu, Ananda Naufal R. atau yang kerap disapa Faal membagikan kisahnya kepada tim redaksi BPPM Kliring pada hari Rabu (6/4). Faal merupakan mahasiswa peserta golongan pertama dari program ini. Ia menghabiskan waktunya selama satu semester di Universitas Lanchaster, Inggris. 


Sebelum terpilih menjadi Awardee IISMA, Faal harus mengalami serangkaian proses pendaftaran yang menurutnya serba mendadak. Ia mengakui bukan termasuk yang paling ‘niat’, tetapi ia tetap optimis. 


“Sebenarnya gak ada persiapan khusus sih karena keburu-buru juga. Mau tes IELTS tutup, ikut TOEFL online. Sambil nunggu hasil tes ya aku siapin dokumen yang diperlukan,” terangnya. 


Pada awalnya Faal diterima di Universitas Glasglow, hanya saja keputusan itu belum pasti. Akhirnya, setelah beberapa pertimbangan Faal ditempatkan di Universitas Lanchaster.


Setelah menjejakkan kaki di Inggris Faal disambut oleh keramahan dan keterbukaan warga di sana. Saat menjadi mahasiswa baru dirinya tidak merasa canggung lantaran orang-orang di sana asyik, welcoming, dan merangkul. Party di sana identik dengan alkohol, tapi menurut pengalaman Faal mahasiswa di sana sangat toleran.


“Mereka tahu aku nggak minum alkohol dan sebagainya, mereka juga gak maksa. Bahkan mereka nyediain minuman non-alkohol.”



Saat ditanya mengenai culture shock, Faal menyampaikan dirinya tidak terlalu kaget. Sejak kecil ia sudah terbiasa berpindah tempat terutama pada pendidikan seperti Sekolah Dasar di Tangerang, Sekolah Menengah Pertama - Akhir di Padang seorang diri, dan kuliah di Yogyakarta. Mungkin culture shock utama terdapat pada cita rasa makanan yang berbeda, maka solusinya adalah memasak sendiri. 


Menurutnya mahasiswa Indonesia perlu belajar lebih lagi menghargai sesama manusia. Inti yang dapat diambil Faal dari pengalaman di tanah seberang, yaitu menghargai sesama manusia dengan menghargai perbedaan pendapat. Kita harus memiliki pola pikir toleran, saling menghargai, melihat situasi dan kondisi (hal yang boleh dan tidak boleh), maupun mengikuti adat di mana kita berpijak. Nilai plus jika bisa belajar bahasa daerah. Penyesuaian saat berada di tempat asing bisa berbeda tergantung dari diri sendiri. Mental kita harus kuat supaya tidak mudah tersinggung pada perbedaan. Tetap jadi diri sendiri tapi harus toleran, you do you.


Sebagai manajer OIA, Faal berharap melalui OIA para mahasiswa bisa terhubung dengan peluang-peluang beasiswa dan kegiatan internasional yang ada. Semoga  interaksi tersebut membuat mahasiswa Indonesia semakin tumbuh tenggang rasa, bisa mengeksplorasi diri, tidak terkurung (open minded), dan penuh perhatian (considerate).


Penulis: Eltrifosa Candra Nugraheni

Editor: Nanda Wahyu Oktavia


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama