Globalisasi di mata Jokowi

https://id.pinterest.com

Globalisasi merupakan era di mana dunia ini mengalami banyak perkembangan. Modernisasi merupakan salah satu contoh dimana globalisasi mulai banyak mengubah gaya hidup masyarakat dunia. Gaya hidup yang bahkan bisa mempengaruhi tradisi serta budaya dari negara tertentu. Lalu, sebenarnya apa globalisasi itu hingga memiliki banyak sekali efek yang kuat pada perubahan negara?
Seperti yang kita ketahui bahwa globalisasi identik dengan banyaknya kemajuan dalam bidang teknologi, infrastruktur, dan semakin cepatnya berita yang menyebar dari berbagai ujung dunia. Tak dipungkiri bahwa semakin mengglobalnya globalisasi ini, semua akses menjadi lebih mudah seolah kita yang menikmati merasa amat sangat termanjakan oleh kemudahan tersebut. Namun sering kita lupa bahwa globalisasi juga mendatangkan dampak yang negatif terutama untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia yang orang-orangnya suka dengan hal-hal yang instan, mereka cenderung memaknai globalisasi sebagai sesuatu yang freedom, ajang menuntukan kebebasan tanpa batas, dan di mana hak asasi manusia dibesar-besarkan. Globalisasi tentu saja memberikan banyak sekali dampak positif. Namun globalisasi juga memberikan banyak sisi negatif.
Dampak positif dan negatif ini ternyata paling disoroti dalam 4 bidang pokok, yaitu pada bidang informasi, bidang pendidikan dan teknologi, bidang ekonomi, dan bidang kesehatan.
Dalam bidang informasi yang paling terasa, kemunculan internet yang semakin mudah diakses di manapun dan kapanpun, namun masih sering disalah gunakan oleh penggunanya, pemerintah juga sampai detik ini kesulitan memfilter postingan-postingan media sosial yang tidak seharusnya. Inilah yang membuat informasi tak seharusnya justru masuk dikalangan dengan rentan usia yang belum pada tingkatanya.
Dalam bidang teknologi dan pendidikan, banyaknya orang Indonesia yang bisa melanjutkan pendidikannya di luar negeri. Inilah yang akan mempengaruhi pola fikir manusia dan mempengaruhi juga pendidikannya. Dengan adanya tekhnologi, tentu saja memudahkan banyak orang agar bisa berkomunikasi tanpa harus bertemu secara langsung. Namun dengan kemajuan di bidang teknologi ini, tak jarang orang yang sudah pulang dari sekolahnya di luar negeri ia membawa kebiasaan atau budaya luar yang tidak pantas diterapkan di Indonesia dan teknologi juga berdampak pada kurangnya rasa empati pada sesama, dan mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.
Dalam bidang ekonomi, bisa dilihat dari banyaknya investor asing yang akan mempengaruhi perekonomian negara. Inilah yang juga akan meningkatkan taraf hidup masyarakat dibidang ekonomi. Namun, Secara tidak langsung justru dapat menurunkan produk dalam negeri. Anehnya masyarakat Indonesia juga lebih mencari produk luar negeri yang dianggapnya akan lebih keren.
Dan yang terakhir dalam bidang kesehatan, globalisasi dapat memudahkan berkembangnya bidang pengobatan yang dipengaruhi dari perkembangan tekhnologi. Dengan demikian, mengetahui penyakit yang sulitpun akan mudah. Tetapi, masih saja banyak oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab dengan cara  memanfaatkan situasi ini untuk mencari keuntungannya sendiri.
Kemunculan globalisasi yang akhir-akhir ini sangat marak dan menjadi pusat perbincangan ternyata tak terlepas dari pengamatan orang no 1 di RI, Bapak Joko Widodo.
Dalam wawancaranya di Liputan 6, Jokowi mengingatkan pentingnya pendidikan karakter di era digital seperti sekarang ini. Pendidikan karakter seperti yang dilakukan di pesantren dapat menjadi filter dari pergaulan negatif.
"Pendidikan karakter, pendidikan dunia, keagamaan di pesantren-pesantren harus diperkuat untuk mengantisipasi adanya perubahan-perubahan seperti ini. Perubahan seperti ini bisa menjadikan kita baik dan tidak baik," kata Jokowi pada sambutan penutupan Rakernas PPP di Ancol, Jakarta, Jumat, 21 Juli 2017. ( Liputan 6, 2017)
Jokowi menceritakan, lima tahun mendatang akan kedatangan generasi Y. Generasi inilah yang akan menjalankan segala perubahan yang ada di dunia. Bukan tidak mungkin, merekalah yang akan mengusai pasar.
"Oleh sebab itu, sekarang saatnya kita isi mereka dengan sebuah karakter yang baik, sehingga perubahan itu tidak berubah wajah keislaman kita. Inilah yang harus diantisipasi. Banyak dari kita yang belum sadar akan perubahan yang sangat cepat ini," kata beliau. (Liputan 6, 2017)
Cara mengantisipasinya, kata Jokowi, bisa dimulai dengan mengisi jiwa anak muda dengan berbagai hal positif dan mulia. Salah satunya tentu dengan penguatan karakter.
"Sebab itu sekali lagi memperkuat pendidikan dunia, memperkuat pondok-pondok pesantren, pendidikan keagamaan yang masih menjadi kunci agar perubahan itu tidak mengubah kita," Jokowi menambahkan. (Liputan 6, 2017)
Sudah seharusnya kita yang hidup di zaman serba bisa dan serba ada memaknai globalisasi tak hanya untuk semata-mata kepentingan individu saja, melainkan semakin terbuka wawasan, semakin peka dengan kejadian-kejadian di sekitar, dan semakin pintar untuk memilah dan memilih apa yang benar-benar untuk diri kita dan membuang hal yang sekiranya tidak bermanfaat untuk kita dan orang lain.

Penulis : Nadhifah Choirunnisa
Lebih baru Lebih lama